Setelah membaca hasil polling online beritasatu.com tentang partai
paling bersih korupsi yang hingga tulisan ini Saya posting telah
menempatan PKS pada urutan teratas (87%), maka Saya tertarik untuk
mengirimkan catatan-catatan Saya tentang PKS yang memang sudah lama
tersimpan di folder komputer Saya. Berikut ini adalah sedikit catatan
Saya tentang PKS yang Saya tulis ketika dunia publisitas di negeri ini
dihebohkan oleh kasus impor daging sapi:
Miris memang membayangkan nasib PKS di tahun politik ini. Ketika sedang
asyik-asyiknya berada di puncak sukses mengangkat jargon ‘Bersih’
tiba-tiba serangan bertubi-tubi datang dari berbagai arah. Serangan
darat tidak hanya sekali atau dua kali, serangan udarapun berkali-kali
terus digencarkan oleh pihak-pihak pengendali media. Kasus dugaan suap
kuota impor sapi yang terus diledakkan oleh KPK menuai beragam sorotan
dari berbagai kalangan. Mulai dari para pengamat, LSM, politisi, tokoh
masyarakat, dan tentu saja media yang hingga saat tak henti-hentinya
terus melumat PKS dengan berbagai opini mereka. Sebagian masyarakat
terprovokasi dan akhirnya turut berkontribusi melancarkan hujatan dan
caci maki. Namun ada pula yang mencernanya dengan pikiran cerdas dan
kritis yang melahirkan otokritik bagi penegakan hukum yang benar dan
tidak tebang pilih. Bagi PKS sendiri walau sudah terbiasa mengalami
tribulasi namun baru kali ini sepertinya PKS mengalami hentakan
psikologis yang luar biasa.
Sebelum tahun politik ini pula PKS juga sudah sering diberikan
serangan-serangan pemanasan seperti yang masih lekat dalam ingatan kita
yaitu Kasus Misbakhun yang akhirnya dibebaskan oleh Mahkamah Agung
setelah mengajukan PK pada tahun 2012. Pada tahun 2010, seorang elit PKS
yang juga Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring juga
sempat menjadi target serangan mereka dengan mem-blow up jabatan
tangannya dengan Michelle Obama. Boleh dikatakan itulah jabatan tangan
terheboh sepanjang sejarah umat manusia hingga media luar negeripun
seperti The Washington Post ikut-ikutan memberitakannya. Pada tahun 2011
PKS juga pernah didera oleh gosip video porno yang menyeret nama Anis
Matta yang pada saat itu masih menjabat sebagai Sekjen Partai. Namun
akhirnya dapat dibuktikan bahwa pemeran video mesum itu ternyata bukan
Anis Matta. Pada tahun yang sama juga terjadi operasi cyber terhadap
PKS. Kali ini target yang kena sasaran adalah Arifinto yang merupakan
anggota fraksi PKS di DPR RI. Nasib na’as dialami Arifinto ketika
membuka email yang tidak jelas pengirimnya melalui gadget miliknya pada
saat sidang paripurna DPR. Email tersebut mengarahkannya ke situs video
porno dan anehnya disaat yang sama salah seorang wartawan foto Media
Indonesia bernama Arif membidiknya dengan tepat di antara 500 lebih
peserta sidang paripurna dan akhirnya pret pret pret. Mediapun gegap
gempita memberitakannya. PKS sendiri menduga ini adalah ulah dari
oknum-oknum yang merasa dirugikan karena situs-situs porno mereka kena
blokir oleh kementerian Kominfo yang digawangi oleh kader PKS juga. Di
tengah silih bergantinya badai yang menerpa PKS, sosok Yusuf Supendi
(sekarang menjadi caleg Hanura) muncul secara sporadis untuk menambah
dahsyatnya serangan terhadap PKS. Sosok inipun ditengarai sering
dimanfaatkan oleh lawan-lawan politik PKS sebagai senjata pamungkas
untuk merontokkan citra PKS.
Kini KPK hadir sebagai aktor yang akhirnya turut mewarnai drama politik
penghancuran PKS yang entah kapan akan berakhir. Oknum KPK di mata kader
PKS terlanjur diposisikan sebagai pihak ‘antagonis’ dalam perkara
dugaan suap kuota impor sapi yang menyeret nama seorang makelar proyek
bernama Ahmad Fathonah. Tak tanggung-tanggung, pada episode ini yang
menjadi target adalah pucuk pimpinan partai yang kini mantan Presiden
PKS , Luthfi Hasan Ishak. Perdebatan sengit terjadi dalam berbagai
diskusi hukum menanggapi aksi penangkapan Luthfi Hasan Ishak yang
dinilai cacat hukum oleh sebagian pakar, diantaranya dalah Prof. Teuku
Nasrullah, DR. Yenti Ganarsih, Prof. Romli Atmasasmita, Prof. Yusril
Ihza Mahendra dan belakangan pengacara senior OC Kaligis pun ikut
berkoar hingga berani mempertaruhkan lehernya untuk dipotong jika PKS
dibubarkan. Namun pada tulisan ini tidak hendak membahas berbagai
argumentasi hukum dari para pakar tersebut. Penulis hendak mengajak kita
untuk sedikit mengidentifikasi latar profil siapa sebenarnya kalangan
yang terkesan begitu tendensius dan kurang imbang melihat kasus ini
secara adil.
1. Media
Setelah menelusuri berita-berita terkait kasus ini dapat disimpulkan
bahwa beberapa media yang begitu heboh dan sangat tendensius mem-bully
PKS adalah TV One, Metro TV, MNC, Tempo, Detik.com, Merdeka.com,
Inilah.com, Okezone.com. Pembaca pasti sudah cukup mafhum dengan sepak
terjang berita yang dimainkan oleh media-media ini khususnya TV One,
Metro TV dan MNC. Ketiga media televisi nasional tersebut kebijakan
redaksionalnya sangat dipengaruhi oleh bos besarnya. TV One dimiliki
oleh Abu Rizal Bakri (ketua umum Partai Golkar), Metro TV dimiliki oleh
Surya Paloh (ketua umum Partai Nasdem), dan MNC dimiliki oleh Hary
Tanusudibyo (ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Hanura). Motif mereka
jelas, yaitu politis walaupun sebagian menilainya karena alasan
komersial, maklum saja karena kapitalisme juga kini merambah industri
penyiaran di Indonesia. Media-media online yang terus menjadikan kasus
ini sebagai menu utamanya tentu bukan hanya sekedar ikut-ikutan, tapi
juga terjebak pada persaingan meningkatkan rating. Khusus tempo,
terdapat indikasi bahwa ada keengganan dari unsur petinggi di majalah
tempo yang tidak ingin kasus Century diobok-obok, sehingga setiap kolom
di majalah tempo jangan sampai terisi oleh kasus Century. Ada apa?
Kabarnya ada petinggi salah satu media nasional yang berjasa
mempertemukan Robert Tantular (pemilik bank Century) dengan Sri Mulyani
di Washington.
2. Pengamat Politik
Burhanudin Muhtadi, walau pernah disebut Anis Matta sebagai outsider
yang ‘insider’ sepertinya juga ikut tergoda untuk memberi argumentasi
yang kurang menguntungkan bagi PKS, tapi toh ternyata apa yang pernah
diramalkan oleh para pengamat tersebut bahwa PKS akan terjun bebas
ternyata tidak terbukti. Malah Jawa Barat dan Sumut berhasil direbut PKS
justeru ditengah badai isu yang menghantam. Siti Zuhro, Boni Hargens,
Ikrar Nusa Bakti, Fajlur Rahman dan para pengamat lainnya, komentar
mereka tentang kasus ini juga tak kalah pedasnya.
3. Tokoh Nasional
Mahfud MD, mantan ketua MK ini adalah satu diantara sekian tokoh besar
yang kelihatannya sangat mendorong KPK untuk terus fokus menggarap habis
kasus dugaan suap kuota impor daging sapi ini. Belum pernah ada
komentar Mahfud MD terkait kasus-kasus yang lebih besar seperti Century
dan suap di Nakertrans atau Hambalang.
Jika kembali membuka memori politik pada tahun 2001 ketika Mahfud MD
masih di PKB, tokoh ini sempat menaruh kekecewaan yang besar terhadap
PKS karena tidak ikut membela Abdurrahman Wahid ketika dilengserkan dari
kursi presiden RI. Wajar jika pada saat PKS terseret-seret pada kasus
yang menimpa LHI maka Mahfud MD berkomentar cukup sinis.
4. LSM
ICW adalah satu-satunya LSM yang begitu getol mewacanakan pembubaran
PKS. Mereka adalah narasumber yang paling diburu oleh para wartawan
selain KPK. Akhirnya, toh terkuak juga apa motif dibalik semangat ICW
mem-bully PKS habis-habisan. Sikap berbeda justeru mereka tunjukkan pada
kasus-kasus besar yang didiamkan KPK. ICW diam ketika KPK terpaksa
harus memeriksa Sri Mulyani di Amerika sebagai saksi kasus Century, ICW
‘no comment‘ ketika Muhamad Nazarudin menyebut seluruh anggota Fraksi
Demokrat ikut menerima uang dari Nazaruddin, ICW juga diam seribu bahasa
ketika Abraham Samad tidak menepati janjinya untuk mundur dari KPK dan
pulang kampung jika kasus Century tidak tuntas dalam setahun. Catatan
terpenting tentang ICW yang paling menghebohkan adalah tentang dana
pihak asing yang mengucur ke ICW. Dana 45,470 ribu dolar AS itu
dikucurkan melalui Bloomberg Initiative yang merupakan milik dari
seorang taipan dan politisi Yahudi yang juga Walikota New York, Michael
Bloomberg. Oh ya Bang Teten Masduki, boleh tau gak, apa sih pesan yang
dititipkan om Bloomberg pada ICW? Jika alasannya dana itu untuk kampanye
anti rokok pada anak-anak kenapa tidak diserahkan saja pada bang Aris
Merdeka Sirait yang ketua KPAI? ICW kok ngurusin anak-anak!
5. (Operasi) Intelejen
Kecurigaan ini wajar-wajar saja ada mengingat kepemimpinan saat ini
diketahui memiliki hubungan yang tidak biasa dengan poros kekuatan barat
yang dikendalikan Amerika. Kekhawatiran pihak luar tidak perlu
diherankan lagi setelah munculnya kekuatan Islam baru di Mesir, Turki,
dan Hamas di Palestina. Bangkitnya poros kekuatan Islam hanya tinggal
menunggu hadirnya pemimpin Muslim sejati dari Asia setelah ada Mursi dan
Haniyah dari poros Afrika, Erdogan dari poros Eropa. Kebangkitan Islam
yang ditakuti Amerika dan Israel kini telah memunculkan awan mendung di
dunia barat. Intelejen dalam negeri pun jika dicermati komentar-komentar
mantan kepala BIN, Hendro Priyono, tak kalah gerahnya dengan partai
ini.
Apapun akhir dari kasus atau skenario ini akan sangat berarti bagi PKS.
Harapannya tentu akan berakhir dengan husnul khotimah. Laksana sebuah
fenomena alam berupa cuaca ekstrim maka keadaan ini tentu tak akan
terjadi selama-lamanya. Selanjutnya apakah LHI akan menghadapi peradilan
yang benar atau sesat? Kita tunggu dan kita awasi bersama! Semoga masih
ada hakim yang karena rasa takutnya kepada Allah ia dapat mengadili
dengan kejujurannya, bukan dengan kebencian atau kejahilannya.
Oleh :Defra Ekasakti
http://muslimina.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar